Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya (Umtas) menjadi tuan rumah pelaksanaan Rapat Koordinasi Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Muhammadiyah/’Aisyiyah (FPPTMA) Wilayah Jawa Barat pada Senin, 25 Maret 2019. Kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari, yaitu Senin-Selasa, 25-26 Maret 2019. Hari pertama adalah Training of Trainer (ToT) Literasi Informasi dengan pemateri Novi Diana Fauzie, SS., MA., pustakawan ahli dari UMY. Peserta kegiatan hari pertama adalah pustakawan PTMA se-Jawa Barat ditambah dengan pustakawan dari berbagai perguruan tinggi dan sekolah menengah di sekitar Kota Tasikmalaya. Hari kedua adalah rapat koordinasi yang diikuti oleh anggota FPPTMA Wilayah Jawa Barat dan mengambil lokasi di obyek wisata Situ Gede Kota Tasikmalaya.
Menurut Koordinator FPPTMA Wilayah Jawa Barat, Yanti Sundari, S. Sos., Rapat Koordinasi FPPTMA ini dilaksanakan setiap tahun dan kali ini bertempat di Umtas. Penambahan kegiatan dengan diselenggarakannya ToT Literasi Informasi tahunan ini diharapkan dapat meningkatkan skill pustakawan. “Pustakawan dikenal cenderung pasif, yaitu hanya menunggu peminjam buku saja. Dengan adanya Training of Trainer ini, harapannya dapat terlahir pustakawan yang aktif. Artinya, mereka akan menjadi trainer yang dapat menggerakkan literasi di kalangan sivitas akademika, baik dosen maupun mahasiswa. Karena, khususnya di perguruan tinggi, outputnya dilihat dari aktivitas literasi dosen dan mahasiswa, misalnya dalam menulis jurnal, penelitian, dan lainnya,” ujarnya.
Senada dengan hal tersebut, Kelik Nursetyo Widiyanto, Ketua Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat (MPI PWM) menyambut baik acara ini. Ia mengatakan, ini adalah kegiatan yang revolusioner. “Ini usaha yang bagus untuk menghidupkan perpustakaan dan menggerakkannya agar tidak lagi sepi. Apalagi acara ini rutin dilakukan setiap tahun, Artinya kemampuan pustakawan akan terus di-upgrade, sehingga akan hadir pustakawan yang handal di setiap kampus PTMA,” terangnya.
Di era digital, menurutnya, perpustakaan tetap tidak tergantikan. “Ia hanya shifting saja. Bergeser. Tidak menghilang. Memang zaman sekarang kita mendapatkan informasi dari berbagai sumber, misalnya internet. Namun, suasana perpustakaan tetap tidak tergantikan. Misalnya, anak SD yang belum diperbolehkan memegang gadget tetap harus kita perkenalkan dengan perpustakaan, karena keinginan membaca mereka tetap harus kita jaga,” paparnya. Ia juga berpesan kepada mahasiswa untuk menghidupkan perpustakaan dengan berbagai aktivitas literasi sehingga suasana yang dirasakan ketika berada di perpustakaan adalah enjoy dan tidak menjenuhkan.
Pada kesempatan tersebut juga diresmikan Muhammadiyah Corner di Perpustakaan Umtas yang ditandai dengan gunting pita oleh Rektor Umtas, Dr. Ahmad Qonit AD, MA. Muhammadiyah Corner adalah tempat khusus di perpustakaan yang menyediakan buku-buku tentang kemuhammadiyahan. Seluruh PTMA se-Indonesia dihimbau untuk memiliki Muhammadiyah Corner di perpustakaannya. Dengan adanya Muhammadiyah Corner ini diharapkan kader muda muhammadiyah, khususnya mahasiswa Umtas, dapat menjadi kader sejati yang sungguh-sungguh mengilmui gerakan ini dengan mencari referensi langsung dari sumbernya, bukan sekadar ikut-ikutan belaka.
Rektor Umtas berharap, adanya ToT ini dapat meningkatkan rasa percaya diri pustakawan. “Selama ini, pustakawan kesannya ‘kan hanya diam saja, sebagai penjaga perpustakaan. Dengan adanya ToT ini diharapkan dapat memberikan penguatan agar pustakawan mampu menyediakan layanan terbaik bagi sivitas akademika dalam mengakses informasi secara menyeluruh. Bagi dosen, misalnya, bagaimana mengakses jurnal, bagaimana menulis responsi. Bagi mahasiswa, bagaimana mencari sumber rujukan untuk menulis makalah, skripsi, dan sebagainya. Sesungguhnya pustakawan memiliki expert di situ. Dosen dan mahasiswa akan sangat terbantu oleh mereka. Ketika perpustakaan ramai, hidup, berarti academic culture di kampus itu bagus. Artinya, kampus itu akan maju karena sivitas akademikanya aktif berliterasi,” pungkasnya. [nu]