“UMTAS harus berkualitas mumtaz atau excellent. UMTAS harus berbeda dengan yang lain. Berbeda di sini bukan hanya different, tetapi high distinctive, artinya ia memiliki perbedaan dalam hal keunggulannya, memiliki kekhasan yang mampu menjadi pembeda dibandingkan perguruan tinggi lain,” kata Dahlan Rais, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam sambutannya pada acara Seminar dan Lokakarya Nasional (Semloknas) Perkaderan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang digelar oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) IMM bertempat di Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya (UMTAS) pada 11-13 Oktober 2017 / 21-23 Muharram 1439 H.
UMTAS merupakan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) di Tasikmalaya yang menginjak usia tiga tahun terhitung sejak perubahan bentuk STIKes Muhammadiyah Tasikmalaya menjadi Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya pada Oktober 2014 lalu. “Membangun strong leadership untuk kemudian menjalankannya secara good governance di setiap bidang merupakan sebuah keharusan agar UMTAS menjadi PTM yang unggul,” demikian nasihat Dahlan yang ditujukan untuk UMTAS.
Terkait Semloknas Perkaderan IMM, Dahlan menyampaikan bahwa mahasiswa Muhammadiyah hendaknya berkarakter kuat, tekun, pekerja keras, dan tidak mudah menyerah. Ia mencontohkan tokoh Pahlawan Nasional yaitu KH. Mas Mansur yang merupakan ketua PP Muhammadiyah periode 1937-1941. Pada usia 11 tahun, Mas Mansur berangkat ke Makkah untuk belajar agama. Orang tuanya ‘tega’ melepasnya pada usia belia, dan Mas Mansur ‘mau’ berpisah jauh dengan orang tuanya demi menuntut ilmu. Perjalanannya mencari ilmu di jazirah Arab tak hanya terhenti di Makkah, namun berlanjut ke Mesir. Kedatangannya ke Mesir tak disetujui orang tuanya sehingga kirimannya pun terhenti. Ia harus hidup di negeri orang tanpa kiriman dari orangtuanya. Ia memperbanyak puasa, dan mendapatkan makanan dari masjid-masjid. Setelah kurang lebih satu tahun dan orang tuanya yakin bahwa ia sungguh-sungguh belajar dengan tekun, maka kirimannya pun mengalir kembali.
Sepulang dari sana, Mas Mansur masuk ke organisasi Muhammadiyah. Tangga demi tangga ia naiki dengan mantap hingga akhirnya membawanya sampai ke tangga tertinggi sebagai Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada 1937-1941. “Keuletan dan kerja keras Mas Mansur hendaknya dicontoh oleh generasi muda Muhammadiyah di masa kini. Sebagai pemuda dengan label Muhammadiyah, kita harus memiliki karakter yang kuat dan keyakinan yang teguh terhadap Islam,” tambahnya. [nu]